Homeschooling - ahmad hanif

Homeschooling

Homeschooling



Ada yang lebih menakutkan daripada kurikulum yang buruk atau pembelajaran yang inefisien. Ketika masyarakat percaya bahwa lembaga pendidikan adalah yang bertanggung jawab penuh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara lingkungan keluarga dan masyarakat kurang berperan dalam pendidikan bangsa. Persepsi ini, seakan-akan  memojokkan  guru, sekolah dan pemerintah. Masyarakat akan menyalahkan mereka, jika generasi muda tidak mencapai tujuan pendidikan. 


Fenomena ini sudah lama terjadi dan menyebar diam-diam. Contoh paling sering kita temui adalah, orang tua yang berusaha keras memasukkan anaknya ke sekolah favorit. Atau menyalahkan pemerintah karena sistem pendidikan yang tidak efektif. Padahal bisa saja faktor lain yang menghambat proses mewujudkan visi-misi pendidikan. 


Coba ingat, apa yang kita dapatkan ketika 12 tahun bersekolah? Tidak semua ilmu yang telah diajarkan masuk ke kita, apalagi mencerdaskan kita. Yang kita dapatkan paling-paling kenangan atau pengalaman. Karena peranan 12 tahun di sekolah bukan mencari ilmu, tapi tempat untuk bersosial. Sehingga, sekolah adalah tempat anak-anak saling berinteraksi, berkomunikasi, bersosial dengan orang lain.


Seperti halnya kita dapat berbahasa Indonesia. Bukan karena ada pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi pengaruh dari lingkungan, dimana guru dan siswa menggunakan Bahasa Indonesia saat belajar-mengajar. Dari sini kita tahu, lingkunganlah yang benar-benar berpengaruh besar dalam proses pendidikan anak. Dalam konteks ini, lingkungan bukan sekedar tempat. Tetapi apa saja isi tempat tersebut sehingga dapat mempengaruhi orang lain.


Lembaga pendidikan merupakan lingkungan yang berisi guru, siswa, dan para staf sekolah. Maknanya, Baik-buruk lembaga pendidikan ditentukan oleh isinya. Dan perlu diingat. Saat ini masyarakat menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada sekolah. Tapi bagaimana jika lembaga pendidikan malah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat? 


Apa yang terjadi akhir-akhir ini, sangat membingungkan masyarakat. Yang mereka percayai sebagai tumpuan pendidikan malah sering bermasalah. Banyak kasus ngeri-ngeri sedap terjadi di lembaga pendidikan. Seperti, siswa MTs yang meninggal karena perundungan teman sekolah, siswi Madrasah Ibtidaiyah trauma sekolah karena dilecehkan guru, sampai santri yang dihamili oleh gurunya sendiri. 


Contoh di atas merupakan masalah yang viral belakangan ini. Sangat disayangkan jika label lembaganya adalah Madrasah. Mengetahui jika lembaga dengan label agamis belum tentu baik. Maka masyarakat akan kembali berpikir 2 kali untuk mempercayakan masalah pendidikan kepada sekolah. Ketika hal itu terjadi, mereka akan lebih selektif memilih lembaga pendidikan atau mencari alternatif lain.


Salah satu alternatif menyikapi masalah ketidakpercayaan itu dengan Homeschooling atau Sekolah Rumah. Homeschooling pada intinya adalah menyekolahkan anak di rumah dalam arahan orang tua. Walaupun homeschooling sebenarnya hanya disarankan untuk anak berkebutuhan khusus. Tapi kali ini, homeschooling menjadi pilihan yang tepat agar anak terhindar dari lingkungan buruk.


Di United Stated, persentase alasan orang tua menerapkan sekolah rumah untuk menjaga anak, sebesar 25%. Sedangkan di urutan kedua, buruknya kualitas pendidikan dengan persentase 15%. Jadi, alasan masyarakat memilih homeschooling bukan karena anak berkebutuhan khusus, tapi masalah yang ada di pendidikan sendiri. 


Mungkin sebagian orang tidak setuju penyelenggaraan homeschooling karena bertentang dengan peran sekolah sebenarnya. Bersosialisasi, menemukan hal-hal yang tidak ada di pelajaran, sampai menjadikan ia dewasa. Disisi lain, apatah ada orang tua yang mau anaknya belajar di lingkungan buruk. Cukup membingungkan. Tapi saya tetap memilih pendidikan di sekolah, walaupun ada hal tersebut. Kenapa?


Pengaruh buruk itu sulit dihilangkan dan di setiap lingkungan pasti ada. Yang seharusnya dihilangkan adalah pikiran masyarakat ketika menyerahkan seluruh tanggung jawab pendidikan kepada sekolah. Masyarakat harus sadar bahwa lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam pendidikan anak. Dengan kata lain, orang tua dan masyarakat juga mempunyai tanggungjawab untuk mendidik generasi muda.


Homeschooling juga akan berisi anak berkebutuhan khusus, bukan lagi karena alasan menjaga anak, sistem pendidikan yang (WHY?), atau kelebihan uang. Sedangkan sekolah formal terisi oleh anak-anak normal. Ironis, kenapa masih ada perundungan, pelecahan, atau masalah di sekolah? Padahal sudah ada UU TPKS dan bimbingan konseling? Atau hanya formalitas saja? Akhirnya, mau tidak mau, orang tua harus bekerja lebih keras daripada sekolah untuk mendidik anak agar tidak terpengaruh hal buruk saat di lingkungan.


    Ngomong-ngomong, Homeschooling itu mengandung meredeka belajar. Dilihat jelas dari segi pendekatannya yang humanistik. Apa yang dibutuhkan peserta didik, itu yang diberikan. Gimana pendapat kalian tentang homeschooling jadi alternatif menjaga anak dari pengaruh lingkungan?  Tulis deh, di kolom komentar.

3 komentar