Teknologi Blockchain Untuk Sistem Pendidikan - ahmad hanif

Teknologi Blockchain Untuk Sistem Pendidikan

Teknologi Blockchain Untuk Sistem Pendidikan

 


Sementara pendidikan Indonesia sibuk dengan peluncuran Merdeka Belajar, China telah mengimplementasikan artificial intelligence untuk pendidikan sejak beberapa tahun lalu. Ada 2 sistem kecerdasan buatan yang digunakan China, yaitu AI untuk administrasi seperti pengoreksi tes atau tugas rumah, dan AI untuk pembelajaran adaptif. Apakah AI Pembelajaran Adaptif seperti pembelajaran yang kita alami, menggunakan App virtual meet dan Whatsapp sebagai bentuk adaptif dari kondisi sekarang? 

AI Pembelajaran adaptif adalah teknologi pendidikan yang dapat merespons interaksi siswa secara real-time dengan secara otomatis memberikan dukungan individu kepada siswa, (squirrelai). 

Seperti halnya memesan Gojek untuk pergi dari tempat A ke tempat B. Bukan hanya mengantarkan penumpang sampai tujuan tetapi memberi arah GPS dan keterangan waktu. Ketika AI pembelajaran adaptif bekerja maka secara otomatis dapat menganalisis kebutuhan siswa, lalu memberikan materi sesuai tingkatan dan mengarahkan pembelajaran. Jika berpikir bahwa teknologi ini bertentangan dengan etika maka itu salah. AI pembelajaran adaptif bukan pengganti pendidik tetapi merubah dari instruktur menjadi pembimbing.

Tapi kita akan membahas sebuah teknologi yang baru-baru ini sangat populer, Blockchain. Untuk memahami skenario Blockchain pada pendidikan, alangkah baiknya kita paham tentang Blockchain terlebih dahulu. Bagaimana Blockchain bekerja dan apa yang dapat diambil dari Blockchain untuk dunia pendidikan.

Teknologi Blockchain berangkat dari adanya masalah kepercayaan konsumen terhadap transaksi uang pada Bank. Walaupun ada undang-undang, pengelolah bank bisa saja nakal atau imannya turun. Coba kita contohkan pada sebuah data presensi mahasiswa. Ketua kelas sebagai pihak ketiga dan dia bertugas memegang data presensi. Kita adalah pihak pertama dan dosen sebagai pihak kedua. Dosen memberi peraturan, jika ingin mengisi presensi maka harus menulis artikel dan dikumpulkan ke ketua kelas. Bagaimana jika ketua kelas memanipulasi data presensi atau ketua kelas lupa tidak mengisi. Atau memakai solusi daftar hadir seperti E-Learning, tapi admin LMS ini juga bisa memanipulasinya. 

Kepercayaan itu hilang, maka terciptalah ide dan konsep buku besar terdesentralisasi atau Crypto Current–Blockchain. Yang mana tidak ada pihak ketiga atau otoritas dari transaksi. Perlu diingat, bahwa Blockchain bukan Bitcoin (mata uang digital). Blockchain diprogram untuk mencatat transaksi digital, artinya teknologi Blockchain bukan hanya transaksi pada uang saja. Blockchain adalah catatan transaksi digital yang diatur dalam potongan data, atau disebut dengan Blok. 

Blok-blok ini terhubung satu sama lain dan tidak terputus. Setiap orang yang berhubungan dengan transaksi digital akan memegang kuasa terhadap blok-blok ini. Setiap blok memiliki sistem keamanan yang cukup rumit sehingga tidak mungkin dapat dimanipulasi. Seperti halnya data presensi mahasiswa di E-Learning, bukan hanya admin atau dosen saja yang dapat mengontrol tetapi kita juga bisa. Setiap pihak diberi salinan data presensi dengan segel/kode rahasia yang berbeda untuk setiap pihak. Salah satu pihak tidak dapat mengubah data presensi karena semua pihak memiliki salinan. Peretas juga tidak akan bisa membobol salinan data, karena setiap salinan data tersebut bersegel atau terkunci. Dan segel tersebut sangat rumit karena menggunakan teknik kriptografi. Mirip dengan Enkripsi End to End Whatsapp, yang mana dari teks berubah jadi kode-kode.

Ketika admin mengubah data presensi, maka masih ada salinan data dosen ataupun kita. Jika akhir semester data presensi diverifikasi dan ditemukan perbedaan data presensi dari admin, kita bisa mencocokan salinan data dari setiap pihak. Artinya, salinan data presensi tidak hanya diberikan satu kali, tetapi setiap kali ada data baru maka semua pihak dapat salinan data baru juga. Bahkan kita juga tidak bisa merubah tanpa kesepakatan semua pihak. Walaupun dosen dan admin memanipulasi, kita (semua mahasiswa) memegang salinan tersebut. Pada intinya, Teknologi Blockchain bersifat aman, terdesentralisasi, transparansi, dan abadi.

  1. Aman, dilihat dari sistem yang rumit dimanipulasi atau dipecahkan karena ada kode rahasia pada tiap salinan data dan saling terhubung.
  2. Terdesentralisasi, dilihat dari tidak terpusat pada satu pihak, tetapi semua pihak.
  3. Transparansi, dilihat dari semua pihak memegang salinan data tersebut.
  4. Abadi, Semua data tersimpan secara permanen dan tidak bisa diubah kecuali seseorang dapat menguasai lebih dari 51% salinan data tersebut dengan serentak.

Yang banyak saya temui di artikel ataupun jurnal, pembahasan Blockchain pada pendidikan adalah sertifikat atau ijazah kelulusan. Ketika sebuah ijazah bersistem Blockchain maka tidak akan ada lagi yang namanya ijazah palsu. Penerapan teknologi Blockchain pada Ijazah telah ada, pertama kali pada tahun 2019 oleh Universitas Maryville. Untuk mengelolah ijazah, mahasiswa tinggal membuka Wallet Blockchain masing-masing.

Manfaat bagi siswa sudah jelas, tidak akan ada lagi ijazah hilang atau kebakar. Manfaat bagi institusi yaitu memudahkan verifikasi dan tidak ada biaya print ijazah. Sedangkan bagi Pemberi Kerja, memudahkan seleksi karena sudah tidak mungkin ada pemalsuan ijazah dan terjamin keaslian tanpa legalisir. Karena tersimpan secara abadi, aman dan mudah. Intinya, ijazah blockchain ini sangat menguntungkan banyak pihak.

Mendalami Blockchain di buku Beginning Ethereum Smart Contract Programming, Wei Meng Li. 


1 komentar

  1. Nice nice, mening si iki ancen ga bakal onok pemalsuan kro manipulasi nilai, jdi jelas dan transparan lek pas wei nilai ndek mahasiswa e, kadang okeh sng gur hoki mergo yo dosen asal asalan wei nilai, wkwkw

    BalasHapus